Hayati,

Hayati, Dosen Bercadar IAIN Bukittinggi Diwisuda Doktor

    wartariau.com – Hayati Syafri, dosen yang mengemban mata kuliah Speaking di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, yang terpaksa harus nonaktif dari semua kegiatan akademiknya lantaran melawan arus dengan memakai cadar, Jumat 16 Maret 2018 bakal menyandang gelar Doktor.

Hayati Syafri sejak tahun 2014 lalu menjalani kuliah S3 bidang Ilmu Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Negeri Padang. Selama kuliah Hayati menggunakan biaya sendiri tanpa adanya bantuan dari pihak Kampus IAIN Bukittinggi.

"Alhamdulillah Ibu bisa tamat S3 dalam kurun waktu tiga tahun. Ibu kuliah biaya sendiri karena kampus enggak ada dana untuk pendidikan Ibu," kata Hayati Syafri ketika dihubungi VIVA , Kamis 15 Maret 2016.

Hayati senang karena akan diwisuda Doktor. Ia berharap dapat lebih menjadi pribadi yang bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat serta agama dan negara. Begitu juga dengan ilmu yang sudah diperolehnya selama ini, Hayati ingin memberikan yang terbaik untuk dunia pendidikan di Sumatera Barat.
Lihat juga

    Ombudsman akan Minta Klarifikasi IAIN Bukittinggi Soal Cadar
    Fahira Idris: Bercadar karena Keyakinan Dilindungi Negara
    Kukuh Bercadar, Dosen Dikeluarkan dari Grup WA Kampus

Terkait aktivitas akademiknya sebagai dosen yang nonaktif, Hayati mengaku tak ingin meratap. Saat ini, Ia hanya ingin fokus di bidang parenting dan bengkel akhlak anak dan remaja yang selama ini memang sudah digelutinya.

Tak hanya itu saja, Hayati menegaskan, usai menyandang gelar Doktor ingin lebih banyak berinteraksi dengan orang-orang yang sulit mendapatkan keadilan lantaran hak-haknya dikebiri. "Di luar dunia pendidikan dan akademik kampus, keinginan lain terbesar saya adalah menjamah orang-orang yang termarjinalkan. Sehingga mereka berani memperjuangkan hak mereka sebagaimana mestinya," tutup Hayati.

Diketahui, Hayati terpaksa harus non aktif dari semua kegiatan akademiknya. Semua akses yang terkait dengan fungsional akademiknya ditutup pihak kampus lantaran ia tetap bersikukuh mengenakan cadar di lingkungan kampus.

Hayati melawan arus karena menurut keyakinannya bahwa cadar merupakan salah satu sunnah dalam agama Islam dan tidak sepantasnya kampus Islam membuat aturan yang bertentangan dengan aturan Islam.

Setelah melakukan istikharah, Hayati tetap menggunakan cadar, meskipun di intimidasi bahkan diberi sanksi sekalipun. Baginya, mengenakan cadar merupakan prinsip dan pilihan hidup saat ini.

 



Viva



TERKAIT