Sudirman Said Ungkap

Sudirman Said Ungkap Rahasia Jokowi-Freeport

Wartariau.com . Surat tertanggal 7 Oktober 2015 yang disebut-sebut sebagai cikal bakal perpanjangan izin PT Freeport Indonesia di Papua, sebelumnya sudah dibahas secara rahasia antara Presiden Jokowi dengan petinggi PT Freeport.

Hal itu disampaikan secara blak-blakan oleh Direktur Materi dan Debat Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Sudirman Said dalam sebuha diskusi di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta, Rabu (20/2). Sudirman menjabat menteri ESDM ketika surat tersebut terbit.

"Jadi surat itu seolah-olah saya yang memberikan perpanjangan izin, itu persepsi publik. Saya ceritakan kronologi tanggal 6 Oktober 2015 jam 08.00 WIB, saya ditelepon ajudan Presiden untuk datang ke Istana. Saya tanya soal apa Pak, dijawab tidak tahu. Kira-kira 08.30 WIB saya datang ke istana. Kemudian duduk 5 sampai 10 menit, langsung masuk ke ruangan kerja Pak Presiden," ungkap Sudirman.

Namun, kata dia, pertemuan yang cukup penting dengan presiden itu melalui asisten pribadi mengatakan, bila pertemuan itu seolah-olah tidak pernah ada. “Sebelum masuk ke ruangan kerja, saya dibisikin oleh asisten pribadi (Presiden), Pak Menteri pertemuan ini tidak ada. Saya lakukan (mengungkapkan) ini semata-mata agar publik tahu,” ujar dia.

Bahkan, lanjut dia, demi merahasiakan pertemuan itu, Sekretaris Kabinet dan Sekretaris Negara yang mencatat setiap jadwal Presiden pun tidak tahu. “Kan ada Setneg, Setkab tapi dibilang pertemuan ini tidak ada,” kata dia.

Dia pun menuruti pesan yang disampaikan asisten pribadi Presiden. Kemudian Sudirman masuk ke dalam ruang rapat di Istana Negara. Sesampainya di ruangan rapat, Sudirman merasa sangat kaget bahwa di dalam sudah ada James R. Moffet yang saat itu adalah bos Freeport McMoran Inc.

“Tidak panjang lebar, presiden (Jokowi) mengatakan 'tolong disiapkan surat seperti apa yang diperlukan. Kira-kira kita ini menjaga kelangsungan inveastasi, nanti dibicarakan setelah pertemuan ini'. Baik,” kata Sudirman menceritakan apa yang disampaikan Jokowi.

Di pertemuan itu, Moffet menyampaikan draft tentang kelangsungan investasi PT Freeport di Indonesia. Namun, Sudirman tidak mau, dia pun memilih membuat draft yang posisinya lebih menguntungkan Indonesia.

“Saya bilang ke Moffet bukan begini cara saya kerja. Kalau saya ikuti draft-mu, maka akan ada preseden negara didikte oleh korporasi. Dan saya akan buat draft yang melindungi kepentingan republik," tegas Sudirman.

Setelah draft seleaai, dia pun menemui Presiden Jokowi untuk menunjukannya.

"Saya katakan (ke Presiden) draf-nya seperti ini dan saya belum tanda tangan. Bapak dan ibu tahu komentar Presiden apa? Presiden mengatakan, lho begini saja sudah mau. Kalau mau lebih kuat yang diberi saja," kata dia.

Dengan demikian, lajut dia, surat tanggal 7 Oktober 2015 itu bukan inisiatif dirinya. Melainkan atas perintah Presiden Joko Widodo.

"Jadi draft yang saya punya ini aman tidak merusak," tandas Sudirman.[]

RMOL


TERKAIT