Belum Ada Temukan Penderita Cacar Monyet

Diskes Rohul Pastikan Belum Ada Temukan Penderita Cacar Monyet di Rohul

IlustrasiIlustrasi

Wartariau.com PASIRPENGARAIAN - Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hulu (Rohul), pastikan hingga saat ini belum ditemukan adanya penderita Cacar Monyet (Monkeypox) di Rohul.

Guna mengantisipasi menyebarnya penyakit tersebut di Rohul, Diskes Rohul sudah melakukan Sosialisasi melalui Puskesmas ke masyarakat untuk lebih waspada.

Diskes Rohul mengimbau masyarakat, tidak perlu panik dengan adanya pemberitaan mengenai adanya menyakit monkeypox yang rentan masuk ke Indonesia. Meski demikian, masyarakat diimbau senantiasa waspada dan menjaga kebersihan.

“Hingga kini belum ditemukan kasus monkeypox di Rohul bahkan Indonesia,” kata Kadiskes Rohul Bambang.

Bambang juga menyatakan, penyakit Monkeypox merupakan penyakit akibat virus yang ditularkan melalui binatang (zoonosis).Penularan dapat terjadi melalui kontak dengan darah, cairan tubuh, atau lesi pada kulit atau mukosa dari binatang yang tertular virus.

Penularan ke manusia terjadi karena kontak dengan monyet, tikus gambia dan tupai, atau mengonsumsi daging binatang yang sudah terkontaminasi. Penularan utama dari virus ini adalah rodent (tikus). Penularan dari manusia ke manusia sangat jarang.

Dimana gejala atau Tanda penyakit ini yakni, masa inkubasi monkeypox biasanya 6 hingga 16 hari, tetapi dapat berkisar dari 5 sampai 21 hari. Gejala yang timbul berupa demam, sakit kepala hebat, limfadenopati (pembesaran kelenjar getah bening), nyeri punggung, nyeri otot dan lemas.

Ruam pada kulit muncul di wajah kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya. Namun, Monkeypox biasanya merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri dengan gejala yang berlangsung selama 14 – 21 hari.  Kasus yang parah lebih sering terjadi pada anak-anak dan terkait dengan tingkat paparan virus, status kesehatan pasien dan tingkat keparahan komplikasi.

“Ruam berkembang mulai dari bintik merah seperti cacar (makulopapula), lepuh berisi cairan bening, lepuh berisi nanah, kemudian mengeras. Biasanya diperlukan waktu hingga 3 minggu sampai ruam tersebut menghilang.” ucapya.

Bambang menegaskan, Monkeypox hanya dapat didiagnosis melalui pemeriksaan laboratorium. Tidak ada pengobatan khusus atau vaksinasi yang tersedia untuk infeksi virus monkeypox. Pengobatan simptomatik dan supportif dapat diberikan untuk meringankan keluhan yang muncul.

Untuk pencegahan penyakit Monkeypok yang paling ampuh adalah, dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti cuci tangan dengan sabun. Kemudian menghindari kontak langsung dengan tikus atau primata dan membatasi pajanan langsung dengan darah atau daging yang tidak dimasak dengan baik. Lalu menghindari kontak fisik dengan orang yang terinfeksi atau material yang terkontaminasi, menghindari kontak dengan hewan liar atau mengkonsumsi daging yang diburu dari hewan liar (bush meat).

Pelaku perjalanan yang baru kembali dari wilayah terjangkit monkeypox agar segera memeriksakan dirinya jika mengalami gejala-gejala demam tinggi yang mendadak, pembesaran kelenjar getah bening dan ruam kulit.

Dalam waktu kurang dari 3 minggu setelah kepulangan, serta menginformasikan kepada petugas kesehatan tentang riwayat perjalanannya; juga petugas kesehatan agar menggunakan sarung tangan dan baju pelindung saat menangani pasien atau binatang yang sakit.
TERKAIT