Gagal Bayar Utang: Awal Krisis?

Gagal Bayar Utang: Awal Datangnya Krisis?

Wartariau.com DI banyak negara krisis ekonomi sering diawali dengan gagal bayar utang, baik utang negara ataupun utang swasta. Di Indonesia, selama ini orang mengkhawatirkan utang negara khususnya utang valas yang meningkat tajam, yang akan mengawali terjadinya krisis ekonomi.

Sebagian ekonom mencemaskan besarnya utang BUMN yang akan mengawali krisis. Kecemasan-kecemasan itu bisa dipahami mengingat umumnya proyek-proyek yang dibiayai utang kurang ekonomis pembangunannya dan kurang produktif setelahnya.

Kegaduhan di PT Krakatau Steel, Asuransi Jiwasraya, PT Garuda, dan issue membengkaknya utang-utang BUMN Karya serta besarnya kredit bermasalah di bank-bank plat merah juga masih menjadi sorotan pasar. Meski begitu sejauh ini tidak atau belum ada berita gagal bayar utang BUMN.

Tetapi di luar dugaan, gagal bayar utang justru diawali oleh pihak swasta dari industri tekstil. PT DMDT dari Group Duniatex yang menerbitkan obligasi 300 juta dolar AS pada bulan Maret tahun ini (2019) gagal bayar kupon obligasinya. Aneh sekali obligasi yang baru berumur 3-4 bulan sudah gagal bayar kupon. Bisa jadi ini indikasi penipuan.

Grup Duniatex juga menarik utang dari sindikasi bank termasuk bank-bank negara, termasuk Indonesian Eximbank sebesar Rp 17 triliun. Menjadi lebih mengejutkan lagi ketika JP Morgan mengabarkan bahwa dalam tahun 2018 Group Duniatex telah menerima kredit 362,3 juta dolar AS dan Rp 5,25 triliun.

Kegagalan bayar utang ini, meski baru kupon, tentu menghancurkan nilai obligasi tersebut sebagai junk dan mau tidak mau pemegangnya membukukannya sebagia kerugian. Tentu kerugian gagal bayar ini bukan saja mencemaskan pasar modal, tetapi juga meningkatkan NPL (Non Performing Loan/ kredit macet) perbankan.

Akibat ini lembaga pemeringkat kredit mulai ramai-ramai menurunkan kredit rating Duniatex. Bila situasi gagal bayar utang berlanjut, hampir dapat dipastikan nilai tukar rupiah dan index saham ambruk, dolar menghilang dari pasar, harga barang-barang impor naik drastis dan seterusnya. Berikutnya jadi kredit rating Indonesia juga ambruk.

Jika itu terjadi, merupakan signal awal krisis ekonomi Indonesia yang berkepanjangan.

Harapan pasar adalah kejadian gagal bayar ini tidak diikuti oleh gagal bayar debitur swasta lainnya, apalagi BUMN atau pemerintah. Sebab bila sampai terjadi krisis ekonomi saat ini, pemerintah tidak pada posisi yang mampu menolong, berbeda dengan saat krisis moneter tahun 1998 ketika pemerintah mampu bertindak sebagai penolong swasta yang gagal bayar utang.

Jadi sebaiknya kita semua khususnya pemerintah waspada, sedia payung sebelum hujan. Sekali lagi jangan berasumsi apalagi berkoar bahwa ekonomi kita kuat, dan ketika krisis benar-benar terjadi cari kambing hitam. Selalu ada solusi asal mau mikir.



Rmol

TERKAIT