Bahasa China Masuk Kurikulum Arab

Bahasa China Masuk Kurikulum Arab, Dukung Saudi Vision 2030

Wartariau.com Arab Saudi telah memutuskan untuk memasukkan bahasa Mandarin atau China dalam kurikulum di semua tahap pendidikan di sekolah dan universitas.

Saat ini, Arab tengah mempersiapkan program Saudi Vision 2030, sebuah rencana mendiversifikasi sumber-sumber pendapatan nasional dan restrukturisasi ekonomi dari minyak. Sehingga, pengajaran bahasa Mandarin menjadi bagian dari upaya meningkatkan persahabatan dan kerja sama antara Riyadh dan Beijing.

Dewan Direksi Masyarakat Saudi untuk Ilmu Politik, Suliman al-Ogaily, mengatakan program bahasa Mandarin adalah langkah keterbukaan baru dalam mendukung program Saudi Vision 2030 tersebut.

“Ini untuk mempromosikan keanekaragaman budaya dan memperluas konsep pendidikan untuk mencapai tingkat interaksi dengan kekuatan ekonomi China yang melampaui impor dan ekspor, hingga investasi bersama serta pariwisata China," kata Ogaily, seperti disebutkan The Jerusalem Post, Selasa (21/1).

Program Bahasa Mandari ini juga hasil langsung dari kunjungan Putra Mahkota Mohammad bin Salman ke Beijing Februari 2019 lalu, di mana ia menandatangani sejumlah perjanjian dan nota kesepahaman di bidang energi, investasi, transportasi dan teknologi, yang kesemuanya diharapkan membawa hubungan bilateral ke level yang lebih tinggi.

China dilaporkan akan mendanai sebagian dari program bahasa, yang diperkirakan akan membuka pintu bagi warga negara Arab Saudi untuk mengisi sekitar 50.000 pekerjaan.

Ogaily menjelaskan,  pada tahap implementasi pertama, prakarsa bahasa baru akan terbatas pada delapan sekolah menengah di tiga kota; Riyadh, Jeddah, dan Dammam.

Selanjutnya, program akan diperluas untuk mencakup lebih banyak sekolah dan univekrsitas di wilayah tambahan.

"Bahasa China, tidak akan bersaing dengan bahasa Inggris, yang merupakan bahasa kedua di kerajaan ini, setelah bahasa Arab. Itu akan selalu dilihat sebagai suplemen yang berguna dalam perdagangan luar negeri dan untuk pertukaran budaya dan pariwisata," ujar Ogaily.

“Ini adalah area yang menjadi fokus Arab Saudi dalam proyek ekonomi barunya (Saudi Vision 2030)," jelas Ogauly lagi.  

Proyek ekonomi baru itu pula yang kemudian membuka kesempatan bagi perempuan Saudi untuk bebas mengemudi mobil, hal yang sebelumnya dilarang, dan mencari pekerjaan di berbagai bidang. Sementara di masa lalu mereka terbatas pada sektor-sektor seperti pendidikan.

China sendiri menempati urutan kedua setelah Amerika Serikat dalam hal perdagangan dengan Arab Saudi. China punya investasi besar di wilayah Jazan, yang berada di bagian barat daya kerajaan, juga memiliki investasi  di bidang pariwisata dan petrokimia. Kerajaan Saudi juga memiliki beberapa proyek industri dan minyak sendiri di China. 
TERKAIT