Corona Ngamuk, China Ketar-ketir

Corona Ngamuk, China Ketar-ketir, Australia Dan Singapura Babak Belur

Wartariau.com - Berbeda dengan di sini, Corona di beberapa negara lain sedang mengamuk. Bahkan, tiga negara yang sebelumnya jadi contoh terbaik dalam penanganan Corona, yakni China, Australia, dan Singapura, kini sedang ketar-ketir dan babak belur dihantam lonjakan kasus.
Padahal, jika dilihat dari sisi cakupan vaksinasi, ketiga negara ini sudah melampaui 70 persen penduduk. Jumlah ini sebelumnya disebut-sebut sebagai angka yang dapat mencapai herd immunity atau kekebalan kelompok.
Singapura misalnya, per Selasa (19/10), jumlah penduduk yang sudah divaksinasi dosis pertama sudah mencapai 83,4 persen atau 4,7 juta penduduk. Demikian juga untuk suntikan kedua, sudah 82,4 persen atau 4,6 juta penduduk.
Akan tetapi, jumlah kasus yang terkonfirmasi positif di negara Singa itu terus meledak. Bahkan, pada Selasa (19/10), mencatat rekor tertinggi, sebanyak 3.994 kasus dengan 7 kematian. Pada Rabu (20/10), penambahan kasus harian Singapura turun sedikit menjadi 3.862 kasus positif. Tapi, angka kematiannya naik menjadi 18 kasus.
Jika dibandingkan dengan sebulan lalu, terjadi kenaikan kasus hingga tiga kali lipat lebih. Lonjakan tersebut membuat rumah sakit dan tenaga medis di Singapura kewalahan.
Menurut Menteri Keuangan Singapura, Lawrence Wong, hampir 90 persen tempat tidur isolasi rumah sakit di negerinya sudah terisi. Lebih dari dua pertiga tempat tidur ICU juga sudah terisi.
"Sistem perawatan kesehatan kewalahan," ungkap Wong, sebagaimana dilansir dari RM.id, kemarin.
China juga mulai ketar-ketir. Ratusan penerbangan domestik dibatalkan di negara yang dipimpin Xi Jinping itu. Lokasi wisata, sekolah dan tempat hiburan di daerah yang terdampak, juga ditutup.
Kebijakan itu diambil setelah ditemukan adanya klaster baru Covid-19 yang terkait dengan wisatawan. Masing-masing berasal dari Shanghai di Xi'an, provinsi Gansu dan Mongolia Dalam. Tercatat, jumlah kasus dalam klaster wisatawan yang memasuki Ibu Kota Beijing itu, mencapai 20 infeksi.
Padahal, berdasarkan data yang dirilis ourworldindata.org, hingga 18 September lalu, 76 persen penduduk China sudah divaksin dosis pertama. Sementara, 71 persen lainnya sudah mendapatkan vaksin dosis lengkap.
Bagaimana dengan Australia? Menteri Kesehatan Australia, Greg Hunt mengatakan, cakupan vaksinasi dosis lengkap di negaranya sudah melampaui 70 persen.
"Angka tepatnya, 70,007 persen dari populasi Australia," kata Greg.
Tapi, sejak kurva kasus positif mereka terus meroket hingga mencapai rekornya pada 10 Oktober lalu, yakni 2.372 kasus. Sampai sekarang, kasusnya juga masih tinggi. Berdasarkan data resmi Kementerian Kesehatan Australia di laman www.health.gov.au, kemarin, penambahan kasus baru mencapai 2,64 ribu. Angka ini melampaui rekor sebelumnya. Dengan penambahan ini, sudah ada 151.943 kasus positif Corona di Australia, dengan 1.590 kematian.
Ahli Epidemiologi Griffith University, Dicky Budiman mengatakan, yang terjadi di Singapura, Australia, dan China ini juga mengancam setiap negara. Hanya yang membedakannya adalah penanganan Covid-19 di ketiga negara tersebut lebih bagus. Kasus yang meningkat itu dikarenakan jumlah testing dan tracing di 3 negara tersebut tinggi.
"Menemukan kasus itu bukan pertanda situasinya buruk. Situasinya sedang meledak, iya. Tapi, selama itu bisa terkendali, tidak membuat kolaps fasilitas kesehatan," kata Dicky, yang dikonfirmasi, tadi malam.
Ia mencontohkan, kasus kematian. Di Singapura, kasus kematian terbilang rendah. "Masih di bawah 100 kematiannya. Begitu juga Australia," sambungnya.
Salah satu epidemiolog yang ikut diundang dalam WHO Covid Expert Meeting, Selasa (19/10) itu, mengatakan ketiga negara tersebut sudah memasuki gelombang ketiga, yang jumlah kasusnya lebih tinggi dari gelombang kedua.
"Saya membahas sedikit (di WHO Covid Expert Meeting), bahwa situasi global ini sedang mengalami gelombang ketiga dan pada negara-negara yang baik sistem deteksinya mereka bisa cepat menemukan itu. Sehingga terlihat lebih banyak kasusnya," terang dia.


TERKAIT